Follow Us @soratemplates

Kamis, 07 Maret 2019

Cinta dalam diam Fatimah Az - Zahra; Putri Rasulullah SAW

Maret 07, 2019 2 Comments



Dan.... jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam. Kau tahu, kemungkinan untuk hidup bersamanya adalah sangat tipis. Namun, kau mampu menyimpan rasamu rapat-rapat tanpa diketahui olehnya.

Jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam. Kau tahu, hal ini tak mudah. Namun, di balik itu semua, kau telah melapangkan hatimu. Mempersiapkan sebuah "kotak keikhlasan" bila suatu saat nanti perasaanmu tidak tersampaikan.

Namun....

Terlebih dahulu, mungkin, kau telah mengetahui kisah ini, sebelum kau memutuskan untuk mencintai seseorang dalam diam. 

Jika belum... kali ini, akan aku tuliskan ulang kisah ini. Kisah yang menjadi inspirasiku atau mungkin, akan menjadi inspirasimu untuk mencintainya dalam diam.

Dahulu, di zaman kehidupan Rasulullah SAW. Terdapat seorang pemuda yang bernama Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah anak dari paman Rasulullah SAW, yakni Abu Thalib.

Singkat cerita, putrinya Rasulullah SAW yang bernama Fatimah Az-Zahra diam-diam menaruh rasa pada Ali bin Abi Thalib. Sebagai seorang perempuan, Fatimah pun turut memiliki sebuah rasa kepada lawan jenisnya. Itu adalah sebuah fitrah manusia, yang telah Allah SWT berikan kepada hambanya.

Namun, Fatimah Az-Zahra tahu betul bagaimana menempatkan posisi perasaannya pada Ali bin Abi Thalib. Ia simpan rapat-rapat rasa cintanya, bahkan, sampai setan pun tak tahu bahwa Fatimah menaruh rasa pada Ali bin Abi Thalib.

Bahkan, beliau lebih memilih untuk menitipkan setitik rasa yang ada di dalam hatinya kepada Allah SWT. Karena, hanya Allah SWT lah yang dapat membolak-balikkan hati manusia.

Begitupun dengan Ali. Siapa yang tak kenal dengan sosok Ali. Sosok seorang pemuda yang mempesona, baik rupa maupun akhlaknya, dan yang terpenting adalah keimanannya. Itulah alasan mengapa Fatimah menaruh rasa kepada Ali. Terlebih, Ali adalah pemuda yang gagah berani. Pemuda yang menjadi tameng Ayahandanya yakni Rasulullah SAW.

Suatu ketika, datanglah berbagai seseorang silih berganti yang ingin melamar Fatimah Az-Zahra. Ialah Abu Bakar As-Shiddiq. Siapalah Ali dibandingkan dengan Abu Bakar. Lelaki yang membela islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaknya tak di ragukan. Sungguh, Ali bukanlah apa-apa di bandingkan dengan Abu Bakar yang telah membebaskan budak muslim, yang dengan dakwahnya Abu Bakar seseorang menjadi masuk islam. Sedangkan Ali? Ia merasa berkecil hati dan tak pantas bila harus bersanding dengan Fatimah.

Namun, kembali lagi kepada Sang Pencipta. Maha Membolak-balikkan Hati. Lamaran Abu Bakar As-Shiddiq  yang terkenal dengan gelarnya "Shiddiq" yang berarti orang yang terkenal akan kejujurannya, di tolak oleh Rasulullah SAW.

Mendengar kabar tersebut, gembiralah hati Ali. Kembalilah semangatnya untuk melamar Fatimah.

 Namun, setelah Abu Bakar mundur, datanglah Ummar bin Khattab. Siapalah Ali bila di bandingkan dengan Ummar? Seseorang yang gagah perkasa. Seseorang yang sejak masuk islamnya Kaum Muslimin berani tegak dan bertatap muka. Seseorang yang apabila setan melihat Ummar lari terbitit-birit dan juga musuh-musuh Allah SWT bertekuk lutut. Apalah Ali bila di bandingkan dengan Ummar? Sungguh, Ia tidak ada bandinggannya bila di bandingkan dengan Ummar. Sungguh, Ia hanyalah seorang yang miskin.

Kembali lagi pada Sang Pencipta. Pada Sang Maha Membolak-balikkan hati. Lamaran Ummar di tolak. Ali jadi berfikir. Sekiranya, seperti apakah menantu yang Rasulullah inginkan? Abu Bakar As-Shiddiq yang tak di ragukan lagi akan kejujurannya di tolak. Ummar bin Khattab yang tak diragukan lagi keislaman dan keimanannya pun di tolak.

"Lantas, sosok yang seperti apa yang di inginkan Rasulullah?"

Kemudian, teman-temannya pun bertanya pada Ali.

"Mengapa bukan kau saja yang melamar Fatimah, Ali?"

"Aku?"

"Iya, engkau. Barangkali memang yang di tunggu-tunggu oleh Rasulullah adalah engkau, untuk melamar putrinya."

"Mana mungkin, aku ini hanyalah seorang pemuda yang miskin. Apa yang bisa ku andalkan?" jawab Ali rendah hati.

"Tak apa. Cobalah dulu. Kami mendukungmu."

Kemudian, Ali pun mendatangi Rasulullah. Bermaksud untuk menikahi Fatimah. Ya, menikahi. Karena, dari segi ekonomi Ali sudah tak mampu. Ia hanya mengandalkan satu set baju besi dan tepung kasar untuk makannya.

Sesampainya di rumah Rasulullah, Ali mengutarakan niatnya. Menceritakan keinginannya untuk menikahi putrinya. Dan Rasulullah menjawab, "Ahlan wa sahlan" dengan wajah tersenyum. Yang berarti, Rasulullah menerima lamaran Ali.

Suatu ketika, setelah Ali dan Fatimah menikah, Fatimah berkata pada Ali; "Maafkan aku, karena, sebelum menikah denganmu, aku pernah menyukai seorang pemuda."

Mendengar perkataan Fatimah yang seperti itu, membuat hati Ali menciut.

"Siapa?" Tanya Ali

"Pemuda itu adalah kamu," jawab Fatimah dengan pipi kemerahan.

Itulah kisah antara Ali dan Fatimah. Semoga, kalian terinspirasi untuk mencintai seseorang dalam diam.

Jangan sampai salah dalam menempatkan cinta. Karena cinta? Bisa menjadi mala petaka. Jangan menempatkan cinta pada makhluk menjadi pondasi yang utama. Namun, cintailah Sang Maha Memberi Cinta itu sendiri. Yakni, Allah SWT. Hanya kepadanya lah engkau harus melabuhkan seluruh cinta. Karena, hanya Dialah yang tak kan membuatmu kecewa.

Aku ingin mencintaimu dalam diam
Seperti cinta Ali kepada Fatimah, 
Pun, cinta Fatimah kepada Ali
Cinta dalam diam yang sesungguhnya
Bahkan syaiton pun tak tahu
Yang bersatu dalam sebuah mahligai cinta

Salam, 
Ananda